SemuaHanya Titipan 1. Tersebut prestasi dihadapan Allah, saat kamu mampu menggelorakan qona'ah; merasa cukup akan semua yang Allah berikan padamu. 2. Agaknya Semua telah tau, apapun yang ada di dunia ini adalah titipan, fasilitas yang Allah berikan untuk menunjang amalan. Di hadapan Allah, semua manusia itu sama. Kaya-miskin, tua-muda
“Biar kita kehilangan sesuatu karena Allah, asal kita tidak kehilangan Allah karena sesuatu”.Itulah kalimat bijak dan penuh hikmah. Penuh makna dan bisa menjadi renungan kita. Momentum buat kita introspeksi diri. Agar kita senantias berdoa untuk yang terbaik, berpikir lebih positif dari hari ini. Lalu, pasrah sambil tetap istiqomah di jalan Allah SWT. Karena apalagi yang bisa kita perbuat, selain ikhtiar dan berserah kepada-Nya. Anda, saya, kita dan yang ada di sekitar kita, HANYA titipan Allah …Cobaan dan ujian bisa datang kapan saja, tanpa kita minta tanpa bisa ditolak. Musibah bisa silih berganti datangnya, apalagi kalau bukan untuk menguatkan kita. Senang dan bahagia, bisa datang untuk menghibur kita kkarean tidak ada duka yang di dekat kita, akan dan bisa datang silih berganti. Siang akan berganti malam, duka berganti suka, sesal berganti bahagia, dan seterusnya. Semua ada dalam hidup kita dan sudah menjadi suratan Takdir-Nya …Apa artinya untuk kita?Artinya, di dunia ini memang tidak ada yang abadi. Hanya Allah SWT yang abadi. Semuanya titipan Allah. Segala yang kita miliki terlalu mudah untuk lepas dari genggaman. Cepat atau lambat, orang-orang yang kita cintai, harta kekayaan dan segala yang kita miliki tiba-tiba akan berkurang atau pernah kita sangka, tiba-tiba salah satu anggota keluarga yang kita cintai meninggal dunia. Apalagi pangkat dan jabatan yang kita sandang, terlalu mudah untuk hilang. Itulah misteri hidup dan dapat menimpa siapa hanya titipan Allah. Termasuk anak, istri, suami kita. Begitu pula harta, pangkat dan jabatan. Sekadar titipan sekaligus amanah untuk kita. Tidak ada yang abadi di dunia ini. Semuanya titipan Allah. Tinggal kita mau merenunginya atau tidak?Ya, hanya titipan Allah. Seperti yang sehari-hari dialami tukang parkir. Di lahan parkir, berbagai merek mobil atau motor datang menghampirinya. Dari yang mahal hingga yang murah. Dari yang masih mulus sampai yang sudah penyok. Sesaat saja, tukang parkir bisa menguasai puluhan atau ratusan kendaraan. Ingat, untuk beberapa saat itu, ketika sore tiba, ketika malam datang. Semua kendaraan pergi dan diambil kembali oleh pemiliknya. Si tukang parker tak punya apa-apa, sendiri lagi. Sepi tiada yang dipunya. Karena semua hanya “titipan” hebatnya, si tukang parkir tak pernah mengeluh. Tugasnya menjaa saat dia punya, dan membiarkkan yang dijaganya pergi. Karena semua hanya titipan. Si tukang parkir tak pernah berat hati saat kendaraan-kendaraan itu diambil kembali oleh pemiliknya. Dia tidak pernah menolak. Atau protes sekalipun kepada sang pemilik. Karena si tukang parkir sadar. Ia mengerti, semua kendaraan itu hanya titipan. Sekali lagi, hanyalah titipan !Dulu, saat kita lahir, tidak sehelai benangpun kita bawa. Kita memang bukan siapa-siapa. Tak mampu melakukan apapun selain menangis. Mengucurkan air Allah menitipkan rezeki-Nya kepada kita. Melalui air susu Ibu, energi kita tercukupi dan bisa bertahan hidup. Allah berikan pakaian, selimut, minyak kayu putih, air, dan sebagainya. Kebutuhan kita menjadi terpenuhi. Hingga akhirnya, kita bisa sebesar ini, semampu sekarang. Tidak lain, itu semua karena kemurahan cukupkah? Belum. Allah masih karuniakan kita lagi berbagai perhiasan dunia. Kita diberi pasangan dan anak-anak. Harta yang cukup atau melimpah. Kita dititipkan pangkat, jabatan, juga nama baik di mata manusia lainnya. Sekali lagi, itu semua berkat kemurahan lagi, kita makin sadar setiap apa yang kita miliki adalah titipan Allah. Sepatutnya, sebagai pihak yang dititipi kita harus menjaga titipan dengan amanah. Walau kita tahu, tidak sedikit manusia yang menyia-nyiakan titipan Allah. Karena masih ada orang tua yang menelantarkan anaknya. Masih ada orang kaya yang bersuka ria dalam kemaksiatan. Masih banyak dari kita yang berfoya-foya dalam kecukupannya …Asal kita eling saja. Sungguh, semua yang kita miliki adalah titipan Allah. Pasangan hidup adalah titipan, bimbinglah di jalan Allah. Anak-anak adalah titipan, didiklah di jalan Allah. Harta juga titipan, gunakanlah untuk kebaikan di jalan Allah. Pangkat atau jabatan adalah titipan, embanlah dengan amanah, jujur dan bertanggung jawab. Agar semuanya menjadi ibadah yang kita miliki adalah titipan Allah. Tak perlu tinggi hati. Tak perlu sombong. Anak-anak yang lucu dan pintar. Pasangan yang berparas indah. Rumah yang megah. Pangkat atau jabatan tinggi. Harta kekayaan yang berlimpah. Semua itu adalah titipan. Semua itu amanah agar kita mampu mengelolanya untuk menggapai ridho Allah. Amanah untuk merengkuh jalan keselamatan, bukan jalan ini bisa jadi pelajaran berharga. Tentang, semua yang kita miliki adalah titipan Allah. Sehingga, jangan ada lagi ucapan dari mulut kita, Ya Allah, kenapa harus aku yang diuji? Mengapa Engkau tidak kabulkan doaku?. Semoga kita tidak termasuk golongan yang berprasangka buruk pada ketetapan Allah. Tidak menyalahkan siapapun. Tapi tetap sabar dan istiqomah menjalani adalah keniscayaan terhadap sunnah Allah. Bergantinya tahun, berpindahnya satu waktu ke waktu yang lain merupakan evolusi masalah demi masalah, ujian demi ujian. Maka kita, dalam keadaan apapun, berkenan atau tidak berkenan, senang atau tidak senang, kita harus tetap cinta kepada Allah. Allah adalah pemilik semesta alam, termasuk pemilik memang penuh warna-warni, Ada suka, ada duka. Ada tawa, ada tangis. Tidak satu pun manusia di dunia ini yang merasa bahagia melulu tanpa sedih. Tak ada juga orang yang sedih melulu tanpa ada bahagia. Itu sudah menjadi hukum Allah. Dan setiap kita sudah punya episode kehidupan masing-masing. Jadi, persoalan bukan terletak pada masalahnya, tapi pada sikap kita terhadap suatu pepatah, bila air di gelas tumpah, biarkan pikiran dan hati tak tenggelam dalam kesedihan yang berlarut. Karena semua terjadi sesuai dengan ketetapan Allah. Kita perlu kuatkan pikiran dan hati. Agar kita lebih sabar dan selalu ikhtiar di jalan Allah. Sebagai hamba-Nya, apa yang menjadi jatah kita pasti Allah berikan. Tapi apa yang memang bukan jatah kita, Allah pasti tidak akan berikan. Meski ia nyaris menghampiri kita, mati-matian kita mengusahakannya, percayalah ia tidak akan bisa kita miliki jika memang bukan jatah setiap persoalan hidup patut kita sikapi dengan baik. Kita semua butuh pikiran, mental, dan hati yang luas. Hati yang jembar untuk mengalahkan samudera persoalan hidup di dunia. Memang, seolah kamuflase. Tapi, kita patut merenungkannya. Sambil mempelajari sikap yang mungkin terlalu sering kita lupakan selama hidup. Apa itu?1. Hati yang selalu siap dalam menerima apapaun yang terjadi. 2. Tetap ikhlas jika apapaun sudah terjadi. 3. Tak perlu berptus asa, apalagi mengeluh. 4. Tetap introspeksi diri. 5. Bersandar hanya kepada tak perlu bersandar ke selain Allah. Agar tak takut sandarannya hilang. Istri yang bersandar kepada suami, takut kehilangan suaminya. Karyawan yang bersandar kepada kantor, takut kehilangan saya, buat sahabat, mari tanamkan dalam hati dan pikiran kita, lalu katakan, “Semua hanya titipan Allah.” Biar kita kehilangan sesuatu karena Allah, asal kita tidak kehilangan Allah karena sesuatu. YukEling
Setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam membagi-bagikan (harta fai`) kepada orang-orang Quraisy dan kabilah-kabilah arab, sedangkan
Hari Jumat merupakan hari yang ditunggu-tunggu oleh setiap umat Muslim, karena di dalamnya terdapat ibadah yang sangat agung, yakni shalat Jumat dengan berjamaah di masjid. Dan salah satu momentum istimewa dalam Jumatan yakni mendengarkan nasehat-nasehat khutbah yang disampaikan sang khatib di atas mimbar. Teks khutbah Jumat ini dilansir dari Khutbah Jumat 4 Permata dalam Diri Manusia dan yang Membinasakannya . Semoga dengan membaca dan mendengarkan khutbah ini, menjadikan pembaca dan pendengar menjadi hamba yang selalu bertakwa kepada Allah swt. Dan selalu menjadikan Rasulullah saw sebagai suri tauladan setiap waktunya. Khutbah I اَلْحَمْدُ ِللهِ الًّذِى خَلَقَ الْاِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيْمِ وَالّذِيْ هَدَانَا لِطَرِيْقِهِ الْقَوِيْمِ وَفَقَّهَنَا فِي دِيْنِهِ الْمُسْتَقِيْمِ. أَشْهَدُ أَنْ لآاِلهَ إِلّاَ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً تُوْصِلُنَا إِلَى جَنَّاتِ النَّعِيْمِ وَتَكُوْنُ سَبَبًا لِلنَّظَرِ لِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ. وأَشْهَدُ أَنْ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ النَّبِىُ الرَّؤُفُ الرَّحِيْمُ صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أُوْلِى الْفَضْلِ الْجَسِيْمِ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، أُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، قَالَ اللهُ تَعَالَى بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْٓ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ Ma’asyiral Muslimin rakhimakumullah, Di awal khutbah, mari kita semua meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah swt, dengan sebenar-benarnya, yaitu dengan berupaya optimal menjalankan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya. Jamaah shalat Jumat hafidhakumullâh, Manusia adalah makhluk Allah yang diciptakan dalam bentuk terbaik. Ia diciptakan dengan bentuk fisik yang indah, juga diberi perangkat lunak yang sempurna, seperti akal pikiran, rasa, dan karsa kehendak. Manusia berbeda dari makhluk Allah lainnya. Malaikat diciptakan hanya memiliki akal tanpa diberi syahwat dan nafsu. Hewan dibekali syahwat sehingga hidupnya hanya mengikuti keinginan kebutuhan badannya; makan, minum, berhubungan badan dan segala keinginan yang bersifat jasmaniah. Sementara setan diciptakan hanya dengan bekal nafsu sehingga sepanjang hidupnya selalu ingkar akan nikmat Allah. Manusia, sebagaimana disebutkan dalam surat At-Tiin ayat 4 diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْٓ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” Manusia diciptakan dengan segala sesuatu yang dikaruniakan kepada malaikat, hewan dan setan, yakni berupa akal pikiran, syahwat, dan hawa nafsu. Oleh karena itu, kehidupan umat manusia lebih dinamis, karena manusia berjuang dalam tarikan antara ketiganya. Manusia bisa menjadi seperti malaikat hanya tunduk patuh pada Allah, bisa seperti hewan hanya mementingkan keinginan jasmaninya, ataupun bisa seperti setan hanya mengumbar hawa nafsunya. Sebagai makhluk ciptaan dalam bentuk terbaik, manusia dikaruniai empat hal sebagai permata dirinya. Empat permata ini disebutkan Rasulullah dalam hadistnya, sebagaimana dikutip oleh Ihya’ Ulumiddin. قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم أَرْبَعَةُ جَوَهِرَ فِيْ جِسْمِ بَنِيْ اَدَمَ يُزَلُهَا اَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ اَمَّا الْجَوَاهِرُ فَالْعَقْلُ وَالدِّيْنُ وَالْحَيَاءُ وَالْعَمَلُ الْصَّالِحُ Rasulullah saw bersabda, “Ada empat permata dalam tubuh manusia yang dapat hilang karena empat hal. Empat permata tersebut adalah akal, agama, sifat malu, dan amal salih”. Akal adalah alat untuk memahami agama. Agama adalah rambu-rambu atau aturan yang memberikan arah pada manusia, sifat malu adalah pengendali, dan amal salih adalah buah dari akal memahami agama dengan pengendali berupa sifat malu tadi. Akal menjadi pemimpin dalam tubuh manusia untuk memahami mana yang hak dan batil, mana yang patut ataupun tidak, mana yang harus dikerjakan ataupun ditinggalkan. Ibnu Hajar al-Asyqalani dalam kitabnya Nashaihul Ibad mendefinisikan akal sebagai جَوْهَرٌ رُوْحَانِيٌّ خَلَقَهُ اللهُ تَعَالَى مُتَعَلَّقًا بِبَدْنِ الاِنْسَانِ يُعْرَفُ بِهِ الْحَقُّ وَالْبَاطِلُ “Permata ruhani ciptaan Allah yang berada dalam jasad manusia untuk mengetahui sesuatu yang hak dan batil.” Maasyiral Muslimin hafidhakumullâh, Permata kedua yang dikaruniakan Allah kepada manusia adalah agama. Agama adalah aturan atau norma yang mengarahkan akal manusia untuk menerima hal-hal yang baik, layak dan pantas. Agama menjadi pedoman bagaimana manusia menjalani kehidupannya; bagaimana mengendalikan syahwat dan nafsu. Akal sehat akan mengarahkan kita dapat menerima agama yang hanif lurus, yang mampu memberikan ketenangan lahir batin dan dapat melahirkan sifat pengedali malu, serta membuahkan amal salih. Malu merupakan sifat yang dikembangkan oleh agama untuk mengendalikan perilaku manusia, yang dapat membedakan kita dengan hewan ataupun setan. Oleh karena itu, Ibnu Hajar al-Asqalani membagi malu menjadi dua, yakni haya’un nafsiyun dan haya’un imaniyun. Haya’un nafsiyun adalah rasa malu yang diberikan Allah pada setiap manusia, seperti rasa malu memperlihatkan auratnya dan sejenisnya. Sifat ini tidak diberikan pada hewan. Sementara haya’un imaniyun adalah أَنْ يَمْنَعَ المُؤْمِنُ مِنْ فِعْلِ الْمَعَاصِي خَوْفًا مِنَ اللهِ “Ketika seorang mukmin mampu mencegah dirinya untuk berbuat maksiat karena takut kepada Allah subhanahu wata'ala.” Sifat ini hanya diberikan pada orang mukmin yang mampu menggunakan akalnya untuk memahami perintah dan larangan Allah. Karena itu, wajar jika Rasulullah pernah memberikan nasihat kepada sahabatnya dengan mengatakan اَلْحَيَاءُ مِنَ الْاِيْمَانِ “Malu itu sebagian dari iman.” Malu untuk berbuat maksiat, malu meninggalkan perintah agama, malu tidak berbuat baik dan lain sebagainya. Maasyiral Muslimin rakhimakumullah, Permata yang terakhir yang dimiliki manusia adalah amal saleh, yakni perbuatan yang patut dan baik menurut kaidah agama. Amal saleh adalah buah dari kemampuan kita memahami agama, menjalankan perintah agama, serta kemampuan kita mengendalikan sikap dalam kehidupan. Banyak orang mampu memahami agama atau mengerti ilmu agama, tetapi tidak mampu mengendalikan syahwat dan nafsunya, sehingga ia tidak memiliki rasa malu, maka ia hanya bisa melakukan sesuatu yang hanya berorientasi pada kebutuhannya yang kadang merugikan orang lain. Contoh sederhana yang dapat kita amati dalam kehidupan sehari-hari, betapa banyak orang pandai agama tetapi tidak mampu mengendalikan diri, sehingga ia bukan mengamalkan ilmu agama, namun hanya memperalat agama untuk kepentingan dirinya atau kelempoknya. Maka akibat yang timbul dari itu bukan amal saleh tetapi justru maksiat. Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah, Rasulullah dalam dalam hadits di atas juga mengingatkan pada kita akan bahaya yang mengancam empat permata manusia tersebut. Rasul mengatakan فَالْغَضَبُ يُزِيْلُ الْعَقْلَ وَالْحَسَدُ يُزِيْلُ الدِّيْنَ وَالطَّمَعُ يُزِيْلُ الْحَيَاءَ وَالْغِيْبَةُ يُزِيْلُ الْعَمَلَ الصَّالِحَ “Ghadlab marah-marah dapat menghilangkan akal, iri dan dengki hasud dapat menghilangkan agama, serakah thama’ dapat menghilangkan sifat malu, dan menggunjing ghibah dapat menghilangkan amal saleh”. Maasyiral Muslimin hafidhakumullâh,, Semoga permata yang telah dititipkan oleh Allah kepada kita, dapat kita gunakan dengan sebaik-baiknya, sehingga kita bisa menjadi hamba yang terpilih, selalu bertakwa, dan selalu mensyukuri segala nikmat yang ditipkan kepada kita. باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ والذِّكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ Khutbah II اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Dalamayat berikutnya Allah berfirman: وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْراً. "Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menjadikan baginya kemudahan dalam (semua) urusannya." (Qs. ath-Thalaaq: 4). Baca Juga Cara Menyembelih Hewan Qurban Yang Benar.
Oleh Mutiara AiniPada hakikatnya, kehidupan itu tidak selamanya diwarnai oleh kesenangan. Manusia seringkali menilai kesenangan dengan ukuran materi, harta atau jabatan. Sehingga tidak sedikit orang yang banting tulang siang dan malam, tidak kenal waktu hanya sekadar untuk memperoleh apa yang dianggapnya bisa mendatangkan kebahagiaan dan manusia tidak menghiraukan lagi halal dan haram demi memperoleh pandangan sebagai orang yang sukses atas harta dan jabatannya. Padahal, variabel–variabel tersebut tidak otomatis selalu melekat dengan yang namanya Subhanahu Wa Ta'ala berfirmanوَمَا أُوتِيتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَمَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَزِينَتُهَا ۚ وَمَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَwa maaa uutiitum ming syai`ing fa mataa'ul-hayaatid-dun-yaa wa ziinatuhaa, wa maa 'ingdallohi khoiruw wa abqoo, a fa laa ta'qiluun"Dan apa saja kekayaan, jabatan, keturunan yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kesenangan hidup duniawi dan perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Tidakkah kamu mengerti?" QS. Al-Qasas 28 Ayat 60Ayat ini menjelaskan bahwa apa yang diberikan Allah bagi manusia baik berupa harta benda, jabatan, maupun keturunan merupakan kesenangan duniawi. Semuanya hanya titipan Allah. Termasuk anak, istri, suami kita. Tidak ada yang abadi di dunia ini. Semuanya titipan Allah. Tinggal kita mau merenunginya atau tidak?Kehidupan dunia dengan segala perhiasannya belum tentu menjamin keselamatan dan kebahagiaan. Sebaliknya, pahala yang ada di sisi Allah yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang taat adalah lebih baik, karena yang demikian itu kekal dan abadi. Berbeda dengan kesenangan duniawi yang dipujanya padahal waktunya terbatas sekali, dan setelah itu habis dan ambil contoh kejadian sehari-hari yang dialami oleh tukang parkir, berbagai merek mobil atau motor datang menghampirinya. Dari yang mahal hingga yang murah. Dari yang masih mulus sampai yang sudah penyok. Sesaat saja, tukang parkir bisa menguasai puluhan atau ratusan kendaraan. Ingat, untuk beberapa saat saja!Begitu juga harta yang kita miliki hari ini, bisa jadi esok atau lusa akan menjadi milik orang lain. Begitupun dengan jabatan yang kita perjuangkan dengan berbagai cara, kalaupun bisa diraih, nantinya akan dilepaskan juga. Semua hanya sementara, semua hanya titipan untuk sementara saja dan akan dimintai pertanggung jawaban dihadapan Allah Saw. bersabda, “Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai dia ditanya dimintai pertanggungjawaban tentang umurnya kemana dihabiskannya, tentang ilmunya bagaimana dia mengamalkannya, tentang hartanya; dari mana diperolehnya dan ke mana dibelanjakannya, serta tentang tubuhnya untuk apa digunakannya.”HR. Tirmidzi.Kita tidak memiliki apa-apa jika Allah Swt. tidak memberi dan menghendaki-Nya kepada kita.“Semua orang di dunia ini adalah tamu, sedangkan harta seluruhnya adalah titipan. Semua tamu pasti pergi, sedangkan barang titipan itu harus dikembalikan kepada pemilik” Ibnu Mas’ud.Semoga Allah Swt. senantiasa memberikan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita senantiasa menyadari, bahwa segala yang kita miliki hanyalah titipan dari Sang Pencipta dan kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan-Nya. Semoga kita termasuk orang yang amanah dalam mengemban amanah, dan hanya dipergunakan pada hal-hal yang Allah ridai. Aamiin yaa Robbal aalamiin~والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”
Segalapuji hanya milik Allah Yang Maha Terpuji, yang memuliakan dan memberikan posisi terhormat bagi manusia. Kemuliaan itu hanya diberikan kepada manusia yang mengikuti tuntunan yang telah ditetapkan dalam al-Qur'an dan sunnah Rasul-Nya. Salawat dan salam agar selalu tercurahkan kepada
PercikanIman menyajikan Artikel Islam berita, tanya jawab, radio majlis percikan iman mpi. Alamat PI : Ruko Komp.Kurdi Regency 33A Inhoftank Bandung 022-88885066
GVjxV4. 3fx1gw3sy5.pages.dev/1033fx1gw3sy5.pages.dev/1373fx1gw3sy5.pages.dev/3823fx1gw3sy5.pages.dev/43fx1gw3sy5.pages.dev/1533fx1gw3sy5.pages.dev/4223fx1gw3sy5.pages.dev/3153fx1gw3sy5.pages.dev/349
hadits semua hanya titipan allah